Sabtu, 17 Oktober 2015

Paragraf Deskriptif



NAMA     : RIMA DWITAYANA H.
NIM         : A1D115031



Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang dikembangkan dari sebuah ide pokok atau gagasan utama. Dalam mengembangkan ide pokok atau gagasan utama menjadi paragraf utuh, kamu dapat menyusun kalimat-kalimat sesuai dengan tujuan penulisan. Jika tujuan penulisan untuk menggambarkan atau melukiskan maka jenis paragraf yang dikembangkan adalah paragraph deskriptif.
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Tujuannya adalah melukiskan atau memberikan gambaran dengan terperinci (sejelas-jelasnya) tentang suatu hal (objek) sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat sendiri objek tersebut.

Perhatikan contoh paragraf deskriptif berikut !
Ayam-ayam berkokok dengan penuh semangat seolah-olah memberi pertanda agar aku segera bangun dari tidurku untuk menikmati indahnya pagi itu. Aku yang enggan untuk jauh dari kasur pun akhirnya bersedia untuk bangun dan bangkit dari penyakitku, malas. Dari balik jendela, sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan cahayanya. Lalu aku bergegas menuju halaman rumah. Sungguh pagi cerah. Burung-burung bernyanyi dengan riangnya, kucium aroma bunga melati yang semakin menyegarkan sanubari, kurasakan kesejukan ketika kulit tanganku menyentuh bunga melati yang basah oleh embun pagi. Pagi itu hampir saja aku melewati indahnya karunia Tuhan.
Pagi itu aku sedang bersantai sembari bermanja-manja riah pada indahnya bunga melati. Ah tidak, tidak, tidak. Pagi itu aku tidak sedang bersantai ataupun bermanja-manja riah pada indahnya bunga melati tadi, melainkan sibuk mempersiapkan diri untuk pergi observasi ke salah satu sekolah dasar yang berlokasi di Kecamatan Muara Bulian.
Beberapa menit berlalu, hingga  tiba waktuku untuk berangkat menuju sekolah dasar tersebut. Dengan waktu yang tidak lama, tibalah aku pada sekolah dasar tersebut. Gedung sekolah itu terletak di tepi jalan. Lingkungan persekolahan nyaman dan bersih, serta cukup pepohonan. Dari kejauhan, halaman sekolah itu tampak sepi, tak terlihat satu pun anak-anak yang sedang bermain di halaman sekolah. Anak-anak telah memasuki kelasnya masing-masing. Terlihat jelas sepertinya jam pelajaran telah dimulai.
Ketika aku dan teman-temanku lainnya diberikan waktu untuk observasi, kesempatan emas itu tidak kusia-siakan begitu saja. Aku melangkahkan kakiku menuju kelas tersebut. Di depan kelas sudah banyak teman-teman satu kelasku yang sedang berobservasi. Pandanganku tertuju pada seorang anak perempuan yang duduk paling sudut di dekat jendela. Seorang anak perempuan berkulit sawo matang dan berwajah bulat. Matanya bulat berwarna hitam dengan hidung sedikit pesek. Jilbab warna putih yang ia kenakan untuk menutupi kepalanya membuatnya nampak cantik. Namun timbul keraguan dan ketakutan dari raut wajahnya ketika aku menyapanya seolah-olah aku tampak begitu mengerikan. Hati kecilku pun berbicara, sepertinya ia adalah anak yang pendiam dan pemalu. Aku berusaha menyapanya kembali. Kali ini dengan penuh senyuman hangat. Ia pun membalas sapaku dan mau membaur denganku. Tentu saja aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk lebih dekat dengannya walaupun dengan keterbatasan waktu.
Akhirnya kudapatilah nama anak itu. Sebut saja anak itu bernama Putri. Dugaanku yang mengira bahwa ia adalah anak yang pendiam ternyata jelas-jelas berbanding terbalik. Ternyata Putri ialah anak yang asik dan sedikit cerewet. Dia juga orang yang menyenangkan bila diajak bercanda apalagi dengan wajah bulat dengan pipi tembem seperti bakpau dan hidung yang pesek. Tak henti-hentinya garis lengkungan di bibir yang mengarah ke atas itu ia perlihatkan.
Aku merasa seperti korban pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’. Sifat perangai atau watak seseorang tidak dapat diketahui pasti jika belum mengenalnya. Ternyata memang benar kata pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’, hal itu terlihat jelas ketika aku menganggap Putri sebagai anak yang pendiam tetapi ternyata dia ialah anak yang begitu asik dan menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar