NAMA : RIMA DWITAYANA H.
NIM : A1D115031
Paragraf
merupakan rangkaian kalimat yang dikembangkan dari sebuah ide pokok atau
gagasan utama. Dalam mengembangkan ide pokok atau gagasan utama menjadi
paragraf utuh, kamu dapat menyusun kalimat-kalimat sesuai dengan tujuan
penulisan. Jika tujuan penulisan untuk menggambarkan atau melukiskan maka jenis
paragraf yang dikembangkan adalah paragraph deskriptif.Paragraf
deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan
terperinci. Tujuannya adalah melukiskan atau memberikan gambaran dengan
terperinci (sejelas-jelasnya) tentang suatu hal (objek) sehingga seolah-olah pembaca
dapat melihat sendiri objek tersebut.
Perhatikan
contoh paragraf deskriptif berikut !
Ayam-ayam
berkokok dengan penuh semangat seolah-olah memberi pertanda agar aku segera bangun
dari tidurku untuk menikmati indahnya pagi itu. Aku yang enggan untuk jauh dari
kasur pun akhirnya bersedia untuk bangun dan bangkit dari penyakitku, malas.
Dari balik jendela, sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan
cahayanya. Lalu aku bergegas menuju halaman rumah. Sungguh pagi cerah.
Burung-burung bernyanyi dengan riangnya, kucium aroma bunga melati yang semakin
menyegarkan sanubari, kurasakan kesejukan ketika kulit tanganku menyentuh bunga
melati yang basah oleh embun pagi. Pagi itu hampir saja aku melewati indahnya karunia
Tuhan.
Pagi
itu aku sedang bersantai sembari bermanja-manja riah pada indahnya bunga
melati. Ah tidak, tidak, tidak. Pagi itu aku tidak sedang bersantai ataupun
bermanja-manja riah pada indahnya bunga melati tadi, melainkan sibuk
mempersiapkan diri untuk pergi observasi ke salah satu sekolah dasar yang
berlokasi di Kecamatan Muara Bulian.
Beberapa
menit berlalu, hingga tiba waktuku untuk
berangkat menuju sekolah dasar tersebut. Dengan waktu yang tidak lama, tibalah
aku pada sekolah dasar tersebut. Gedung sekolah itu terletak di tepi jalan.
Lingkungan persekolahan nyaman dan bersih, serta cukup pepohonan. Dari kejauhan,
halaman sekolah itu tampak sepi, tak terlihat satu pun anak-anak yang sedang
bermain di halaman sekolah. Anak-anak telah memasuki kelasnya masing-masing.
Terlihat jelas sepertinya jam pelajaran telah dimulai.
Ketika
aku dan teman-temanku lainnya diberikan waktu untuk observasi, kesempatan emas
itu tidak kusia-siakan begitu saja. Aku melangkahkan kakiku menuju kelas
tersebut. Di depan kelas sudah banyak teman-teman satu kelasku yang sedang
berobservasi. Pandanganku tertuju pada seorang anak perempuan yang duduk paling
sudut di dekat jendela. Seorang anak perempuan berkulit sawo matang dan
berwajah bulat. Matanya bulat berwarna hitam dengan hidung sedikit pesek.
Jilbab warna putih yang ia kenakan untuk menutupi kepalanya membuatnya nampak
cantik. Namun timbul keraguan dan ketakutan dari raut wajahnya ketika aku
menyapanya seolah-olah aku tampak begitu mengerikan. Hati kecilku pun
berbicara, sepertinya ia adalah anak yang pendiam dan pemalu. Aku berusaha
menyapanya kembali. Kali ini dengan penuh senyuman hangat. Ia pun membalas
sapaku dan mau membaur denganku. Tentu saja aku tak menyia-nyiakan kesempatan
itu untuk lebih dekat dengannya walaupun dengan keterbatasan waktu.
Akhirnya
kudapatilah nama anak itu. Sebut saja anak itu bernama Putri. Dugaanku yang
mengira bahwa ia adalah anak yang pendiam ternyata jelas-jelas berbanding
terbalik. Ternyata Putri ialah anak yang asik dan sedikit cerewet. Dia juga
orang yang menyenangkan bila diajak bercanda apalagi dengan wajah bulat dengan
pipi tembem seperti bakpau dan hidung yang pesek. Tak henti-hentinya garis lengkungan di bibir yang mengarah ke atas itu ia perlihatkan.
Aku
merasa seperti korban pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’. Sifat perangai atau
watak seseorang tidak dapat diketahui pasti jika belum mengenalnya. Ternyata
memang benar kata pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’, hal itu terlihat jelas
ketika aku menganggap Putri sebagai anak yang pendiam tetapi ternyata dia ialah
anak yang begitu asik dan menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar