Nama : Suci Safitri
NIM : A1D115036
Kelas : 1A
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar para pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Aspek yang digambarkan bisa tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak, atau perasaan seseorang. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam karangan jenis deskriptif, yakni pendekatan ekspositoris, impresionistik, dan pendekatan menurut sikap pengarang.
Perhatikan contoh paragraf deskriptif di bawah ini:
Mentari pagi yang cerah mengawali pagiku, saat aku diperjalanan hendak ke Universitasku aku menyempatkan singgah disebuah Sekolah Dasar di Muara Bulian. Dari kejauhan kulihat anak perempuan memakai jilbab ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajahnya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina. Seakan menarik hati orang yang berada disekitarnya anak perempuan itu terus tersenyum manis kepada setiap orang yang melewatinya termasuk aku yang saat itu berada tepat di depannya.
aimacifina
Minggu, 18 Oktober 2015
KOREKSI PENGGUNAAN EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Oleh : Anggraini (A1D115013)
PERHATIKAN PENGGALAN LATAR BELAKANG SKRIPSI DIBAWAH INI !
Baiklah langsung saja kita koreksi penggunaan EYD pada latar belakang disamping :
“Oleh sebab itu pendidikan bagian integral dari kehidupan suatu bangsa,.....” paragraf 1 kalimat ke-2 seharusnya pada kata oleh sebab itu akan menjadi sempurna bila ditambahkan tanda koma (,) karena pada
“.... nonformal baik yang dikembangkan oleh Negara maupun swasta yang sama-sama ingin mewujudkan kemajuan pendidikan.” Paragraf ke-2 kalimat pertama kata Negara disini seharusnya tidak perlu menggunakan Huruf Kapital karena huruf kapital hanya dipakai sebagai huruf pertama unsur nama negara bukan kata negara contohnya negara Indonesia
“Kegiatan pendidikan disekolah dilaksanakan oleh elemen-elemen penyelenggara pendidikan...” paragraf ke 2 kalimat ke 2 pemakaian kata di pada kata disekolah merupakan kata depan aturan penulisan kata depan pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah dipisah dengan kata yang mengikutinya
“ Undang-undang RI No. 22 tahun 2003 pasal 1 ayat 1” paragraf ke 3 kalimat pertama pada kalimat ini terdapat banyak kesalahan terutama pada penulisan Huruf kapital aturan Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
“..... akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. “ paragraf ke 3 kalimat pertama kata Negara disini seharusnya tidak perlu menggunakan Huruf Kapital karena huruf kapital hanya dipakai sebagai huruf pertama unsur nama negara bukan kata negara contohnya negara Indonesia
Oleh : Anggraini (A1D115013)
PERHATIKAN PENGGALAN LATAR BELAKANG SKRIPSI DIBAWAH INI !
Baiklah langsung saja kita koreksi penggunaan EYD pada latar belakang disamping :
“Oleh sebab itu pendidikan bagian integral dari kehidupan suatu bangsa,.....” paragraf 1 kalimat ke-2 seharusnya pada kata oleh sebab itu akan menjadi sempurna bila ditambahkan tanda koma (,) karena pada
“.... nonformal baik yang dikembangkan oleh Negara maupun swasta yang sama-sama ingin mewujudkan kemajuan pendidikan.” Paragraf ke-2 kalimat pertama kata Negara disini seharusnya tidak perlu menggunakan Huruf Kapital karena huruf kapital hanya dipakai sebagai huruf pertama unsur nama negara bukan kata negara contohnya negara Indonesia
“Kegiatan pendidikan disekolah dilaksanakan oleh elemen-elemen penyelenggara pendidikan...” paragraf ke 2 kalimat ke 2 pemakaian kata di pada kata disekolah merupakan kata depan aturan penulisan kata depan pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah dipisah dengan kata yang mengikutinya
“ Undang-undang RI No. 22 tahun 2003 pasal 1 ayat 1” paragraf ke 3 kalimat pertama pada kalimat ini terdapat banyak kesalahan terutama pada penulisan Huruf kapital aturan Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
“..... akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. “ paragraf ke 3 kalimat pertama kata Negara disini seharusnya tidak perlu menggunakan Huruf Kapital karena huruf kapital hanya dipakai sebagai huruf pertama unsur nama negara bukan kata negara contohnya negara Indonesia
Teks deskriptif
NAMA : FITRIA FEBRIANI
NIM :
A1D115001
KEELAS : 1A
Paragraf
deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar
para pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
Aspek yang digambarkan bisa tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak,
atau perasaan seseorang. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam
karangan jenis deskriptif, yakni pendekatan ekspositoris, impresionistik, dan
pendekatan menurut sikap pengarang.
Berikut contoh paragraf deskriptif dengan pendekatan ekspositoris :
Di
pagi yang cukup indah, matahari terbit diatas langit menyinari bumi. Tampak anak-anak bersuara riuh seperti kcauan
burung. Semuanya saling bermain bersama tanpa arah. Masuk kedalam kelas satu , bertemu
dengan yang masih sangat polos bagaikan kertas putih yang belum dituliskan
tinta. Masuklah seorang guru dengan mengenakan pakaian pink soft yang sangat
cantik dan anggun. Di dalam kelas guru memberikan pelajaran soal cerita
Matematika yang ditulis di papan tulis. Sebelum itu seorang anak perempuan
menyiapkan untuk membaca do’a dan memberikan salam. Suaranya sangat lantang
layaknya menggunakan mikrofon. Kecerewetan anak-anak membuat kelas semakin
ramai seperti pasar. Seorang anak
laki-laki duduk sendirian di pojok paling belakang, bernama Bayu (disamarkan). Dia berbadan gendut,
pipinya yang bulat seperti bakpau dan berkulit putih. Dia seperti kebingungan
melihat soal yang ada. Dilihat dari kejauhan anak itu mengeluarkan pensil dan
sampoa dari dalam tasnya. Tak ada kata
yang ia ucapkan ketika saya menghampiri nya. Dia hanya termenung entah apa yang
anak itu fikirkan. Soal mulai ia tulis perlahan–lahan
dengan wajah yang tanpa ekspresi. Hanya separuh soal yang ia kerjakan. Bel
pulang pun berbunyi. Anak itu mulai bergegas memasukkan semua alat belajarnya
kedalam kelas dengan sangat cepat bagaikan akan bertanding lari 100 meter.
Segera ia bersalaman dengan guru yang ada di kelas termasuk saya dan langsung
berlari keluar kelas.
paragraf deskriftif
Paragraf Deskriptif
Nama :Anggraini
Nim. :A1D115013
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar para pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Aspek yang digambarkan bisa tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak, atau perasaan seseorang. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam karangan jenis deskriptif, yakni pendekatan ekspositoris, impresionistik, dan pendekatan menurut sikap pengarang.
Pendekatan Ekspositoris.
Pendekatan ekspositoris dalam deskripsi maksudnya karangan deskripsi menggunakan unsur karangan eksposisi. Maksudnya, untuk membantu memperjelas apa yang dideskripsikan, dilakukan dengan cara mengurai, mengupas, dan menerangkan apa yang dideskripsikan. Karangan eksposisi adalahkarangan yang memberitahukan, mengurai, mengupas, dan menerangkan suatu obyek (Jauhari Heri, 2013 : 47).
Pendekatan Impresionistik
Impresionistik berasal dari bahasa Inggris impression yang artinya kesan. Dalam karangan jenis deskripsi yang menggunakan pendekatan impresionistik,pengarang menentukan kesan apa yang akan ditonjolkan pada sebuah obyek. Kalau obyeknya sebuah keluarga, apakah akan menonjolkan kesan positifnya atau negatifnya. Kalau kesan positifnya yang ditonjolkan, apakah itu keramahannya, kerukunannya, keharmonisannya, kebersihannya, atau kerapian rumahnya.
Sebaiknya, kalau kesan negatifnya yang ditonjolkan, apakah yang akan ditonjolkan itu kekacauan dalam rumah tangga, kecerewetanseorang ibu, kebisingan tangisan anak kecil, pertengkaran antara anggota keluarga, tempatnya yang berantakan, kotor dan seterusnya. Kesan-kesan itu harus diurutkan secara kronologis, mana yang pantas pertama dipaparkan, mana yang kedua, ketiga dan seterusnya. Kalau obyeknya manusia, kita akan menonjolkan keadaan fisiknya atau perilakunya; atau apa yang paling mengesankan dari orang itu. Dengan demikian, akan semakin kuat daya bayang pembaca terhadap obyek yang disajikan dalam bacaannya (Jauhari Heri, 2013 : 47-48).
Pendekatan Berdasarkan Sikap Pembaca
Sikap dalam penciptaan sering dibicarakan. Dalam puisi, misalnya, ada sikap pengarang terhadap pokok permasalahan atau obyek yang disebut rasa; dan ada sikap penulis terhadap pembacanya yang disebut nada. Sikap-sikap itu adalah marah, benci, sinis, sayang, atau acuh. Tetapi yang dimaksud sikap penulis dalam karangan jenis deskripsi adalah keinginan penulis terhadap pembacanya. Misalnya penulis ingin si pembaca merasa tidak puas terhadap suatu tindakan atau merasakan persoalan yang sedang terjadi sebagai masalah yang gawat.
Pengarang harus menetapkan sikap yang akan diterapkan sebelum mulai menulis. Semua detail dipusatkan untuk menunjang efek yang ingin dihasilkan. Perincian yang tidak ada kaitannya dan menimbulkan keraguan kepada pembaca harus disingkirkan. Penulis dapat memilih misalnya salah satu sikap, seperti masa bodoh, bersungguh-sungguh, cermat, sikap seenaknya, atau sikap yang ironis (Keraf dalam Suparno dkk. 2007 : 4.13).
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh paragraf di bawah ini:
Embun pagi masih dingin menusuk kulitku, pagi ini tak begitu cerah tapi cuaca pagi ini lebih baik dari hari -hari sebelumnya sebelumnya. Kabut asap masih menyelimuti pagi ini, tidak begitu tebal namun cukup membuat mataku sedikit memicingkan pandangan dan mengerutkan dahi saat didepanku terlihat seorang anak perempuan wajahnya bulat seperti buah melon, dengan rambut ikal terjuntai lepas kebahu dan poni depan bak tirai, kulit sawo matang, di tambah lesung pipit di sebelah kanan membelah pipinya yang tembam.
Pagi ini aku berada di SDN.xx Muara bulian suasana riuh ramai khas suasana sekolah dasar menemani langkahku, pagi ini amat meriah terkhusus pada anak berponi tadi. Kuberanikan diri untuk menegurnya saat ia sedang asik bercanda gurau dengan teman di sebelahnya seketika riangnya berubah menjadi rasa malu dan sungkan. Wajahnya yang di tundukkan menandai ia sangat gerogi, tak kusangka ia bereaksi seperti ini. Wajah yang biasa riang itu berubah menjadi ragu dan pemalu. Setelah berusaha dengan beberapa pendekatan yang aku lakukan akhirnya bisa juga gadis kecil ini terbiasa dengan kehadiranku. Ia mulai riang kembali dan bercerita banyak hal padakuku, akhirnya aku menyadari bahwagadis kecil ini tidak mudah akrab dengan orang yang baru. Ranti namanya gadis cantik nan riang penuh kejutan.
Nama :Anggraini
Nim. :A1D115013
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar para pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu. Aspek yang digambarkan bisa tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak, atau perasaan seseorang. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam karangan jenis deskriptif, yakni pendekatan ekspositoris, impresionistik, dan pendekatan menurut sikap pengarang.
Pendekatan Ekspositoris.
Pendekatan ekspositoris dalam deskripsi maksudnya karangan deskripsi menggunakan unsur karangan eksposisi. Maksudnya, untuk membantu memperjelas apa yang dideskripsikan, dilakukan dengan cara mengurai, mengupas, dan menerangkan apa yang dideskripsikan. Karangan eksposisi adalahkarangan yang memberitahukan, mengurai, mengupas, dan menerangkan suatu obyek (Jauhari Heri, 2013 : 47).
Pendekatan Impresionistik
Impresionistik berasal dari bahasa Inggris impression yang artinya kesan. Dalam karangan jenis deskripsi yang menggunakan pendekatan impresionistik,pengarang menentukan kesan apa yang akan ditonjolkan pada sebuah obyek. Kalau obyeknya sebuah keluarga, apakah akan menonjolkan kesan positifnya atau negatifnya. Kalau kesan positifnya yang ditonjolkan, apakah itu keramahannya, kerukunannya, keharmonisannya, kebersihannya, atau kerapian rumahnya.
Sebaiknya, kalau kesan negatifnya yang ditonjolkan, apakah yang akan ditonjolkan itu kekacauan dalam rumah tangga, kecerewetanseorang ibu, kebisingan tangisan anak kecil, pertengkaran antara anggota keluarga, tempatnya yang berantakan, kotor dan seterusnya. Kesan-kesan itu harus diurutkan secara kronologis, mana yang pantas pertama dipaparkan, mana yang kedua, ketiga dan seterusnya. Kalau obyeknya manusia, kita akan menonjolkan keadaan fisiknya atau perilakunya; atau apa yang paling mengesankan dari orang itu. Dengan demikian, akan semakin kuat daya bayang pembaca terhadap obyek yang disajikan dalam bacaannya (Jauhari Heri, 2013 : 47-48).
Pendekatan Berdasarkan Sikap Pembaca
Sikap dalam penciptaan sering dibicarakan. Dalam puisi, misalnya, ada sikap pengarang terhadap pokok permasalahan atau obyek yang disebut rasa; dan ada sikap penulis terhadap pembacanya yang disebut nada. Sikap-sikap itu adalah marah, benci, sinis, sayang, atau acuh. Tetapi yang dimaksud sikap penulis dalam karangan jenis deskripsi adalah keinginan penulis terhadap pembacanya. Misalnya penulis ingin si pembaca merasa tidak puas terhadap suatu tindakan atau merasakan persoalan yang sedang terjadi sebagai masalah yang gawat.
Pengarang harus menetapkan sikap yang akan diterapkan sebelum mulai menulis. Semua detail dipusatkan untuk menunjang efek yang ingin dihasilkan. Perincian yang tidak ada kaitannya dan menimbulkan keraguan kepada pembaca harus disingkirkan. Penulis dapat memilih misalnya salah satu sikap, seperti masa bodoh, bersungguh-sungguh, cermat, sikap seenaknya, atau sikap yang ironis (Keraf dalam Suparno dkk. 2007 : 4.13).
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh paragraf di bawah ini:
Embun pagi masih dingin menusuk kulitku, pagi ini tak begitu cerah tapi cuaca pagi ini lebih baik dari hari -hari sebelumnya sebelumnya. Kabut asap masih menyelimuti pagi ini, tidak begitu tebal namun cukup membuat mataku sedikit memicingkan pandangan dan mengerutkan dahi saat didepanku terlihat seorang anak perempuan wajahnya bulat seperti buah melon, dengan rambut ikal terjuntai lepas kebahu dan poni depan bak tirai, kulit sawo matang, di tambah lesung pipit di sebelah kanan membelah pipinya yang tembam.
Pagi ini aku berada di SDN.xx Muara bulian suasana riuh ramai khas suasana sekolah dasar menemani langkahku, pagi ini amat meriah terkhusus pada anak berponi tadi. Kuberanikan diri untuk menegurnya saat ia sedang asik bercanda gurau dengan teman di sebelahnya seketika riangnya berubah menjadi rasa malu dan sungkan. Wajahnya yang di tundukkan menandai ia sangat gerogi, tak kusangka ia bereaksi seperti ini. Wajah yang biasa riang itu berubah menjadi ragu dan pemalu. Setelah berusaha dengan beberapa pendekatan yang aku lakukan akhirnya bisa juga gadis kecil ini terbiasa dengan kehadiranku. Ia mulai riang kembali dan bercerita banyak hal padakuku, akhirnya aku menyadari bahwagadis kecil ini tidak mudah akrab dengan orang yang baru. Ranti namanya gadis cantik nan riang penuh kejutan.
Sabtu, 17 Oktober 2015
Paragraf Deskriptif
NAMA : RIMA DWITAYANA H.
NIM : A1D115031
Paragraf
merupakan rangkaian kalimat yang dikembangkan dari sebuah ide pokok atau
gagasan utama. Dalam mengembangkan ide pokok atau gagasan utama menjadi
paragraf utuh, kamu dapat menyusun kalimat-kalimat sesuai dengan tujuan
penulisan. Jika tujuan penulisan untuk menggambarkan atau melukiskan maka jenis
paragraf yang dikembangkan adalah paragraph deskriptif.
Paragraf
deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan
terperinci. Tujuannya adalah melukiskan atau memberikan gambaran dengan
terperinci (sejelas-jelasnya) tentang suatu hal (objek) sehingga seolah-olah pembaca
dapat melihat sendiri objek tersebut.
Perhatikan
contoh paragraf deskriptif berikut !
Ayam-ayam
berkokok dengan penuh semangat seolah-olah memberi pertanda agar aku segera bangun
dari tidurku untuk menikmati indahnya pagi itu. Aku yang enggan untuk jauh dari
kasur pun akhirnya bersedia untuk bangun dan bangkit dari penyakitku, malas.
Dari balik jendela, sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan
cahayanya. Lalu aku bergegas menuju halaman rumah. Sungguh pagi cerah.
Burung-burung bernyanyi dengan riangnya, kucium aroma bunga melati yang semakin
menyegarkan sanubari, kurasakan kesejukan ketika kulit tanganku menyentuh bunga
melati yang basah oleh embun pagi. Pagi itu hampir saja aku melewati indahnya karunia
Tuhan.
Pagi
itu aku sedang bersantai sembari bermanja-manja riah pada indahnya bunga
melati. Ah tidak, tidak, tidak. Pagi itu aku tidak sedang bersantai ataupun
bermanja-manja riah pada indahnya bunga melati tadi, melainkan sibuk
mempersiapkan diri untuk pergi observasi ke salah satu sekolah dasar yang
berlokasi di Kecamatan Muara Bulian.
Beberapa
menit berlalu, hingga tiba waktuku untuk
berangkat menuju sekolah dasar tersebut. Dengan waktu yang tidak lama, tibalah
aku pada sekolah dasar tersebut. Gedung sekolah itu terletak di tepi jalan.
Lingkungan persekolahan nyaman dan bersih, serta cukup pepohonan. Dari kejauhan,
halaman sekolah itu tampak sepi, tak terlihat satu pun anak-anak yang sedang
bermain di halaman sekolah. Anak-anak telah memasuki kelasnya masing-masing.
Terlihat jelas sepertinya jam pelajaran telah dimulai.
Ketika
aku dan teman-temanku lainnya diberikan waktu untuk observasi, kesempatan emas
itu tidak kusia-siakan begitu saja. Aku melangkahkan kakiku menuju kelas
tersebut. Di depan kelas sudah banyak teman-teman satu kelasku yang sedang
berobservasi. Pandanganku tertuju pada seorang anak perempuan yang duduk paling
sudut di dekat jendela. Seorang anak perempuan berkulit sawo matang dan
berwajah bulat. Matanya bulat berwarna hitam dengan hidung sedikit pesek.
Jilbab warna putih yang ia kenakan untuk menutupi kepalanya membuatnya nampak
cantik. Namun timbul keraguan dan ketakutan dari raut wajahnya ketika aku
menyapanya seolah-olah aku tampak begitu mengerikan. Hati kecilku pun
berbicara, sepertinya ia adalah anak yang pendiam dan pemalu. Aku berusaha
menyapanya kembali. Kali ini dengan penuh senyuman hangat. Ia pun membalas
sapaku dan mau membaur denganku. Tentu saja aku tak menyia-nyiakan kesempatan
itu untuk lebih dekat dengannya walaupun dengan keterbatasan waktu.
Akhirnya
kudapatilah nama anak itu. Sebut saja anak itu bernama Putri. Dugaanku yang
mengira bahwa ia adalah anak yang pendiam ternyata jelas-jelas berbanding
terbalik. Ternyata Putri ialah anak yang asik dan sedikit cerewet. Dia juga
orang yang menyenangkan bila diajak bercanda apalagi dengan wajah bulat dengan
pipi tembem seperti bakpau dan hidung yang pesek. Tak henti-hentinya garis lengkungan di bibir yang mengarah ke atas itu ia perlihatkan.
Aku
merasa seperti korban pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’. Sifat perangai atau
watak seseorang tidak dapat diketahui pasti jika belum mengenalnya. Ternyata
memang benar kata pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’, hal itu terlihat jelas
ketika aku menganggap Putri sebagai anak yang pendiam tetapi ternyata dia ialah
anak yang begitu asik dan menyenangkan.
Paragraf Deskriptif
Nama :
Nur Amalina
NIM :
A1D115002
Paragraf
deskriptif adalah paragraf yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan agar
para pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
Aspek yang digambarkan bisa tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak,
atau perasaan seseorang. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam
karangan jenis deskriptif, yakni pendekatan ekspositoris, impresionistik, dan
pendekatan menurut sikap pengarang.
Berikut contoh paragraf deskriptif dengan pendekatan ekspositoris :
Namanya Fatah, perawakannya kecil. Seperti
layaknya anak biasa, ceria tanpa beban pikiran. Fatah adalah murid laki-laki
yang berumur sekitar 7 tahun. Ia sekarang duduk di kelas I SD Tunas Bangsa.
Pakaiannya rapi,rambutnya pendek. Bibirnya tipis berwarna kemerahan, sangat
kontras dengan kulitnya yang putih. Sinar matanya memancarkan kepolosan. Ia
selalu menyapa teman-temannya dengan senyuman yang khas. Senyum hangat yang
memperlihatkan lesung pipi di kedua sisi pipinya. Geraknya lincah dan tergolong
anak yang cerdas. Selalu saja ada pertanyaan, komentar, atau apa saja yang ia
sampaikan ketika gurunya menerangkan pelajaran di depan kelas.
Sebelum memulai pelajaran, wali kelas Fatah
membiasakan murid di kelasnya untuk berdoa terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan membaca sholawat. Dengan semangat ’45 Fatah mengeluarkan
suara dengan nyaring. Kemampuan baca Fatah cukup lancar begitu pula pelajaran
Matematika, ia cukup pandai. Saat mengerjakan soal
berhitung, ia memilih mengerjakan latihan soal dengan berkelompok bersama teman-temannya.
Terkadang Fatah mudah sekali hilang konsentrasi, dimulai dari gangguan teman,
hingga saling bercerita mengenai hal-hal yang menarik perhatian mereka. Tidak
sulit membuat ia kembali serius mengerjakan latihan soal. Cukup dengan
iming-iming sang wali kelas “Siapa yang selesai diperbolehkan pulang” membuat
Fatah kembali bersemangat dan kembali fokus mengerjakan soal.
Langganan:
Postingan (Atom)